Kamis, 31 Desember 2015

Tahun 2016 Sejumlah Tarif KA Turun

PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan penyesuaian sejumlah tarif kereta api pada 2016. Penyesuaian dilakukan usai BUMN kereta itu mendapatkan dana PSO sebesar Rp 1,82 triliun. "Ada beberapa KA baru yang mulai mendapatkan subsidi sehingga statusnya berubah dari KA Komersial menjadi KA Non Komersial (PSO)," kata VP Public Relations PT KAI Agus Komarudin dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jakarta, Kamis (31/12/2015). KA yang statusnya berganti menjadi KA Non Komersial secara otomatis tarifnya turun per 1 Januari 2015 dan 1 April 2015.


KA yang tarif nya turun per 1 Januari 2015 yakni:
1. KA Probowangi: Surabaya Gubeng-Probolinggo (Rp 40.000 menjadi Rp 32.000),
2. KA Srilelawangsa: Medan-Binjai (dari Rp 10 ribu jadi Rp 5.000).
3. KA Kedung Sepur: Semarang Poncol-Ngrombo (dari Rp 25.000-Rp 10.000).
4. KA Rangkas Jaya: Rangkasbitung-Tanahabang (dari Rp 15.000 jadi Rp 5.000).

KA yang tarifnya turun per 1 April 2015 yakni:
1. KA Tegal Ekspres: Tegal-Pasar Senen (dari Rp 60.000 jadi Rp 50.000).
2. KA Maharani: Surabaya Pasar Turi-Semarang Poncol (dari Rp 75.000 s.d Rp 90.000 jadi Rp 50.000)

Selain itu, terdapat pula beberapa KA yang per 1 April 2016 berdasarkan kontrak PSO 2016, tidak lagi menerima subsidi dari pemerintah, yakni:
1. KA Kertajaya (Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi)
2. KA Kutojaya Utara (Pasar Senen - Cirebon - Kutoarjo) 3. KA Progo (Lempuyangan - Pasar Senen)
4. KA Tawang Jaya (Semarang Poncol - Pasar Senen)
5. KA Tegal Arum (Tegal - Pasar Senen)

KAI mendapatkan kontrak Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation/PSO) dari pemerintah sebesar Rp 1,82 triliun di tahun 2016. Menurut KAI, dana PSO 2016 akan dialokasikan untuk KRL Jabodetabek sebesar Rp 1,11 triliun, KA ekonomi jarak jauh Rp 105.76 miliar, KA jarak sedang Rp 133.5 miliar KA Jarak dekat Rp 409 miliar, KRD Ekonomi Rp 62,5 miliar dan KA Lebaran Rp 1.46 miliar.

Kamis, 31 Desember 2015 | 15:00 WIB  -  JAKARTA, KOMPAS.com -  Penulis    : Yoga Sukmana  -  editor    : Erlangga Djume

Minggu, 06 Desember 2015

50 Orang Terkaya di Indonesia Tahun 2015

Majalah Forbes menghadirkan daftar orang terkaya di Indonesia. Daftar yang diberi nama Indonesia's 50 Richest memuat 50 orang miliarder Indonesia, jumlah kekayaannya, dan sektor bisnis yang menjadi fokus pendorong kekayaan para orang super kaya tersebut. Keluarga Hartono masih menempati posisi teratas dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia.  Kekayaan Hartono mencapai 15,4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 210,98 triliun (kurs Rp 13.700 per dollar AS) dari bisnis rokok Djarum dan perbankan yang digeluti selama ini. Berikut daftar lengkap 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes:

1.   Keluarga Hartono : 15,4 miliar dollar AS, Djarum
2.   Susilo Wonowidjojo : 5,5 miliar dollar AS, tembakau
3.   Anthoni Salim : 5,4 miliar dollar AS, bisnis terdiversifikasi
4.   Eka Tjipta Widjaja : 5,3 miliar dollar AS, minyak kelapa sawit
5.   Chairul Tanjung : 4,8 miliar dollar AS, bisnis terdiversifikasi
6.   Sri Prakash Lohia : 4,7 miliar dollar AS, polyester
7.   Bachtiar Karim : 3,3 miliar dollar AS, manufaktur
8.   Boenjamin Setiawan : 3 miliar dollar AS, farmasi
9.   Mochtar Riady : 2,2 miliar dollar AS, bisnis terdiversifikasi
10. Tahir : 2 miliar dollar AS, bisnis terdiversifikasi
11. Peter Sondakh : 1,9 miliar dollar AS, investasi
12. Kusnan dan Rusdi Kirana : 1, 88 miliar dollar AS, maskapai penerbangan
13. Murdaya Poo : 1.85 miliar dollar AS, bisnis terdiversifikasi
14. Putera Sampoerna : 1,65 dollar AS, investasi
15. Eddy Kusnadi Sariaatmadja : 1,6 miliar dollar AS, media dan teknologi
16. Ciputra : 1,5 miliar dollar AS, real estate
17. Eddy Katuari : 1,45 miliar dollar, consumer goods
18. Eka Tjandranegara : 1,4 miliar dollar AS, real estate
19. Kuncoro Wibowo : 1,38 miliar dollar AS, ritel
20. Theodore Rachmat : 1,35 miliar dollar AS, bisnis terdiverdifikasi
21. Ciliandra Fangiono : 1,3 miliar dollar AS, minyak kelapa sawit
22. Djoko Susanto : 1,2 miliar dollar AS, ritel
23. Husodo Angkosubroto : 1,1 miliar dollar AS, agribisnis, properti, asuransi
24. Achmad Hamami : 1,15 miliar dollar AS, alat berat
25. Martua Sitorus : 1,13 miliar dollar AS, minyak kelapa sawit

Jumat, 4 Desember 2015 | 11:56 WIB - KOMPAS.com

Sabtu, 05 Desember 2015

Menabung Dalam Bentuk Saham Menguntungkan

Pada tanggal 12 November 2015 lalu, Bursa Efek Indonesia bersama Otoritas Jasa Keuangan meresmikan kampanye “Yuk! Nabung Saham”. Peresmian kampanye tersebut dilakukan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Jusuf Kalla.  Meskipun sudah diresmikan, ternyata banyak rekan-rekan saya yang bertanya seperti apa langkah konkret menabung saham? Lalu tentu pertanyaan berikutnya adalah apakah memang menabung saham itu menguntungkan? Apakah Anda menabung uang di bank? Bila ya, sebenarnya sama saja dengan menabung saham. Anda bebas menabung di bank dengan nominal yang Anda tentukan sendiri, sementara dalam menabung saham Anda tidak menabung dalam bentuk uang melainkan tabungan uang Anda dikonversikan menjadi saham tertentu. Terdapat begitu banyak bank untuk menabung uang dan setiap bank memiliki promosi serta keunggulan masing-masing, bukan? Demikian juga dengan menabung saham. Anda juga dibebaskan untuk memilih saham apa yang akan ditabung. Setidaknya terdapat 529 saham per November 2015 di Bursa Efek Indonesia dan Anda bebas menentukan saham manakah yang ingin dijadikan alat untuk menabung.

Memilih saham sedikit berbeda dengan memilih bank. Karena kita harus memilih perusahaan yang terdaftar dan tidak perusahaan yang terdaftar di bursa memiliki saham yang berperforma bagus. Sehingga, kita perlu memilih perusahaan yang baik untuk bisa dimiliki dan dibeli sahamnya sebagai tabungan saham kita.
Jadi, bagaimana dengan keuntungan dalam menabung saham? Caranya sangat mudah.

Misalnya kita sepakat untuk menabung saham sebanyak 1 lot bernilai 500 lembar, maka setiap bulan kita membeli sebuah saham dengan banyaknya adalah 1 lot. Di sini 1 lot dianggap sama dengan 500 lembar meskipun saat ini 1 lot 100 lembar karena 10 tahun yang lalu pecahan saham di Bursa Efek Indonesia adalah 500 lembar per lot.

Dalam 10 tahun terakhir bila kita berinvestasi (menabung saham) dengan membeli 1 lot tiap awal bulan, maka hingga November 2015 kita akan mendapatkan pertumbuhan dana dari tabungan saham sebagai berikut:

    
Misalnya Anda membeli saham United Tractor (UNTR) selama 10 tahun (120 bulan) di mana setiap bulan membeli 1 lot maka Anda membutuhkan dana total sebesar 923 juta dan hasil yang kita dapatkan adalah Rp 1.093.000.000. Atau hanya sebesar 18 persen dalam 10 tahun. Ini adalah kondisi aktual di mana Anda juga perlu mengetahui bahwa di tahun 2015 saham di Indonesia sedang mengalami penurunan, dimana inilah grafik harga dari saham UNTR:


Menarik menurut saya, karena dengan berinvestasi di saham, tanpa Anda perlu memahami naik dan turunnya pasar secara spesifik pun, ternyata Anda mendapatkan keuntungan sebesar 18 persen pada saat pasar mengalami penurunan! Tak hanya sampai di situ. Anda juga mendapatkan pembagian keuntungan perusahaan atau dividen sebesar Rp 199.000.000 dari saham UNVR yang Anda miliki di luar keuntungan 18 persen yang telah kita perhitungkan!

Bagaimana bila Anda memiliki saham UNTR dan dalam kondisi pasar mengalami kenaikan terus menerus? Coba Anda lihat hasil investasi dari saham UNVR selama 10 tahun, menarik bukan?  Selamat menabung saham! Salam investasi untuk Indonesia!

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksa dana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain:Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market, Bandarmology , dan Rich Investor from Growing Investment. Di tahun 2015 Ryan Filbert menerbitkan 2 judul buku terbarunya berjudul Passive Income Strategy dan Gold Trading Revolution. Ryan Filbert juga sering memberikan edukasi dan seminar baik secara independen maupun bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

kompas.com - Sabtu, 5 Desember 2015 | 09:05 WIB

Jumat, 04 Desember 2015

Penurunan Harga BBM dan Gas

Pemerintah membuka peluang untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas. Hal ini terkait dengan dikajinya pengenaan pajak terhadap harga BBM dan gas di dalam negeri.  Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, hal tersebut dibahas dalam rapat terbatas mengenai Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Pertamina, di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (3/12/2015).

“Nanti dalam pembahasan ini akan dikaji mengenai beberapa yang sampaikan tadi, termasuk harga gas yang dikeluhkan oleh pabrik-pabrik pupuk dibandingkan negara luar kita lebih mahal,” kata Pramono seperti dikutip laman resmi Sekretariat Kabinet, Jumat (4/12/2015). Pramono menyebutkan, selama ini harga BBM dan gas bagi kebutuhan dalam negeri dikenai pajak, sementara untuk impor justru tidak dikenakan pajak. “Ini yang terus kita kaji,” ujarnya. Sebelumnya, Dirut Pertaminan Dwi Soetjipto mengemukakan, sesuai agenda rapat terbatas itu akan mem bahas masalah Pertamina dan PLN, dengan penekanan percepatan pemba ngunan kilang, dan mungkin juga berbi cara mengenai suplai dan harga. 

Mengenai kemungkinan penurunan harga, Dwi hanya menjawab, “Mungkin, mungkin”. Masalah Kilang Ratas sendiri, menurut Pramono membahas rencana pembangunan kilang baru dan juga melakukan efisiensi terutama untuk harga gas yang dirasa masih cukup mahal. Dia menjelaskan, Pemerintah berkomitmen untuk membangun beberapa kilang baru di Jawa Timur, kemudian di Jawa Barat dan juga satu lagi di Kalimantan Timur.  “Kenapa ini dilakukan, karena kita baru terakhir membangun kilang itu di Balongan,  sudah terlalu lama,” ucapnya.

Jumat, 4 Desember 2015 | 08:20 WIB - JAKARTA, KOMPAS.com